Dec 25, 2010

Sekilas Tentang Aida Belo (Artis Timor Leste)

Oleh: A. Kohar Ibrahim
(diambil dari http://www.tafara.org)
KURANG Lebih dua puluh tahun lalu, salah seorang penyair yunior Timor Leste bernama-pena Kesabere mengirimkan baris-baris kata puitis kepada ku, selaku editor Majalah Kreasi dan Majalah Arena. Kiriman yang aku sambut hangat, karena mengingatkan daku pada penyair seniornya: Xanana Gusmao, yang oleh pers internasional dijuluki the Poet-Warrior alias Sang Penyair-Pejuang. Tulis Kesabere:
“Almarhum Walt Whitman, penyair Amerika / dan almarhum Pablo Neruda, penyair Chili / bersamaku di pusat kota Montreal / habiskan akhir pekan / Kami saling tukar pandangan tentang / demokrasi, kemanusiaan dan kebebasan / Sekejap mata / aku membayang / kapan / tiba mimpi negeriku jadi nyata: / memegang obor kebebasan / dan menari mengelilingi planet Bumi / Dengan polesan senyum di bibirnya / “
Karya tulis Kesabere yang dimuat Majalah Arena N° 13 Th 1990-94 itu ditulis dalam bahasa Indonesia. Bahasa yang dikuasainya secara fasih, karena dia berpendidikan tinggi di kota budaya Yogyakarta, sebelum hengkang ke Amerika Utara. Canada. Dari sanalah aku menerima naskah-naskah puitikanya, berkat penjalin persahabatan dari seorang kepercayaan Ben Anderson dari Cornell University, Ithaca, AS.
Sepuluh tahun lebih kemudian, berkat perjuangan yang heroik, dan berkat solidaritas internasional, terutama sekali via dukungan PBB, 20 Mei 2002 Timor Leste memproklamirkan kemerdekaan. Sejak saat itu, selanjutnya, sang penyair visionir Kesabere menyaksikan bukti impiannya menjadi kenyataan dan : “menari mengelilingi planet bumi”. Bersama kibaran bendera-bendera Perserikatan Bangsa Bangsa dia pun dengan bangga mengibarkan bendera berbintang terang symbol negaranya: Republik Demokratik Timor Leste.
Tetapi, yang mengemban impian atau cita-cinta patriotis bukan hanya sang penyair macam Kesabere saja, melainkan tak terbilang banyaknya lagi. Begitulah bukti kekuatan berkat didikan kaum pejuang kemerdekaan seniornya seperti Xanana Gusmao dan Ramos-Horta. Bahwasanya, meski dalam periode kegelapan yang paling kelam pun semangat romantisme revolusioner senantiasa nyala terjaga. Pada masa itu, pun menjelang dan sesudah tercapainya kemerdekaan – rakyat Timor Leste dengan perkasa menancapkan bendera berbintang seraya menyanyikan lagu kebangsaan:Patria. Salah satu bukti atau contohnya, iyalah, yang baru-baru ini aku temukan di arena Facebook. Yakni seorang artis yunior (kebanding Xanana dan Kesabere) yang bernama: Aida Pereira Belo.
Aida Belo kelahiran 26 Februari 1984, memang sosok artis berbakat, yang menunjukkan kebisaannya sejak usia 5 tahun. Sejak masuk Taman Kanak Kanak Bayangkari, Dili, dengan rajin ikut serta lomba nyanyi 17 Agustusan, pernah meraih juara pertama Karaoke Cilik. Dalam usia 7-10 tahun sudah bergabung dengan band musik untuk tampil di depan umum. Bukan tanpa halangan bagi kelanjutannya. Lantaran orang-tuanya tidak menyetujui sang puteri menjadikan bidang musik dan nyanyi tumpuan karirnya. Namun, berkat dukungan abang kandungnya, Venancio Pereira Belo yang adalan pemain bas, composer dan penyanyi, Aida maju terus. Hingga, dalam usia 12 tahun, bisa curhat dalam suasana hangat memberi keyakinan pada orangtuanya akan motivasinya untuk menempuh karir sebagai artis. Aida Belo secara terang menancapkan cita-citanya menjadi bintang yang dikenal dan terkenal bagi tanah air tersayang: Timor Leste.
Berkat ke-ulet-gigihan-nya, ke-percaya-diri-annya, impiannya berubah kenyataan dengan pertanda besar pada usia 14 tahun, dengan rilis album pertamanya berjudul “Hu Sei Escola” yang dikelola di Surabaya. Laris! Lagu-lagunya yang terkenal laris, dan merupakan hasil ciptaannya sendiri, antara lain berjudul: Istoria Domin, Neon Susar, Lalika Tatolia Lia, Tragedi Domin, Sei Hein O, Domin Bosok dan yang lainnya lagi.
Sukses demi sukses, yang memperkuat semangat Aida untuk meneruskan jejak langkah juangnya di medan pentas seni musik dan seni suara. Selanjutnya, dalam waktu tiada lama lagi, Aida akan merilis hasil kreasinya yang terbaru. Wait and see, deh! Kita tunggu dengan penuh kesabaran.
Sabar kesabaran memang juga poin kardinal bagi Aida dalam mengayomi keyakinan sebagai artis yang untuk mencapai sukses harus keras berdaya-upaya dan kreatif. Bak menyingsingkan lengan baju, melepas pandang seraya tegak beranjak terbang memetik bintang di langit tinggi.
Aida Belo, sang seniwati yang suka buah anggur dan rambutan ini adalah pianis dan cakap memetik gitar serta berkeinginan untuk bisa memainkan instrument musik lainnya. Sang bintang cemerlang pencinta kultura dari Timor Leste ini juga perhatian pada perkembangan musik nasional dan internasional. Para artis nasional yang dia fan(atik) sekali iyalah Zinha Coreia dan Blass Pereira. Sedangkan yang disukainya dai Indonesia: Agnes Monica dan Afgan. Yang dari Malaysia, banyak sekali yang bagus-bagus, katanya – terutama Ella. Aida juga suka penyanyi internasional seperti Alicia Keys, Mariah Carey dan Celine Dion.
Seiring dengan aktivitas-kreativitas seninya, Aida Belo juga menaruh perhatian dalam soal kehidupan sosio-budaya. Terutama sekali nasib kaum perempuan dan anak-anak, serta kaum yang menderita akibat peperangan. Dia pernah meraih gelar warga nomor wahid (Women of the Year 2003) dan diterima para pemimpin utama Republik Demokratik Timor Leste: PM Xanana Gusmao.
Kepeduliannya terhadap rakyat Timor Leste, terutama sekali pada kaum perempuan dan anak-anak serta sekalian korban kekerasan perang lainnya, menegak-kuat-kan cita-citanya untuk mendirikan suatu lembaga kemanusiaan yang handal. Kesemuanya, dengan aktivitas-kreativitasnya, mengarah ke satu tujuan: demi Timor Leste. Demi negara yang meskipun berformat kecil dan relative baru, supaya tegak berdiri kuat serta dihargai selayaknya oleh negara dan bangsa lainnya di dunia.***

1 comment:

Obra Oin-oin said...

Kapas. Salam kenal dit.