Kerja Sama Trilateral
Potong Birokrasi yang Berbelit
Oleh: Ermalindus Sonbay, putra daerah Kefamenanu.
Patologi birokrasi yang akut telah mencerai Indonesia dalam banyak bidang, khususnya dalam semangat mengedepankan transparansi dalam birokrasi. Kehancuran negara yang didirikan Soekarno ini akhirnya menjadi sesuatu yang nyata. Jakarta sentris yang berusaha dihapuskan sejak reformasi bergulir hanyalah omong kosong belaka, bahkan tema ini menjadi jualan politik yang basi. Semangat membangun daerah berbasis otonomi terbentur strategi dan grand design pemerintah pusat yang katanya gemuk dan busuk karena aroma polusi dan kemacetan yang tak kunjung selesai. Untuk mengatasi kemacetan dan polusi serta berbagai persoalan urban di Jakarta saja pemerintah tidak mampu, dan keadaan terburuk dialami oleh jutaan penduduk yang tinggal jauh dari Jakarta.
Untuk mengurus daerah sendiri, seperti NTT, segala sesuatu harus datang dari Jakarta. Jakarta bahkan tidak pernah memberikan kesejukan sedikit pun. Jakarta bahkan tidak pernah tahu apa yang sudah begitu akut di level akar rumput. Suara perubahan mentok karena hanya ditumpuk di belakang meja para petinggi pemilik “RFS” yang katanya sejuk dengan AC yang super elite.
Kerja sama trilateral berbasis semangat kedaerahan merupakan salah satu bentuk kerja sama yang boleh jadi urgen untuk situasi NTT. Mengapa potensi bertetangga dengan Timor Leste dan Negara Bagian Australia Utara tidak bisa dibangun dengan mantap. Dilli-Kupang-Darwin [DKD] adalah ideal mengembangkan potensi tiga wilayah yang masing-masingnya memiliki sedikit kesamaan.
Darwin cenderung menjadi bagian yang agak ditinggalkan di Australia. Timor Leste dan NTT juga terbelit dengan kasus kemiskinan dan keterbelakangan warisan kolonialisme. Nah, untuk membuka mata pusat-pusat pemerintahan yang korup dengan peselingkuhan tak senonoh yang terus dilakukan dengan kalangan pemilik modal, kreativitas anak-anak daerah menjadi sesuatu yang penting.