On Feb 19th 1942 Japan bombed Darwin and invaded Timor, on the same day and days after.
In Darwin the city is preparing to commemorate on February 19th 2012 the 70th anniversary of the Bombing of Darwin. This was a big event for Darwin, and many people died, ships were sunk, and planes destroyed.
I doubt that in East Timor there is much awareness that this will also be the 70th anniversary of the invasion or shall we say the occupation of Timor. This should also be commemorated in Dili as an important historic event in the life of the city and country.
Kestaun planeamentu nasional to’o ohin loron sei kontinua sai nuudar asuntu ida importante iha diskursu ka debate entre ema polítiku na’in sira, akadémiku sira, sosiedade sivil sira, funsionariu públiku senior sira to’o ema públiku baibain sira. Foin lalais fó sai iha media konaba aprezentasaun PEDN 2030 iha Perlementu Nasional (PN). Maski PEDN ne’e hetan duni aprovasaun maibe Fretelin no PUN walk out. Membru PN hosi bloku kolegasaun AMP aprova no parte opozisaun sente katak iha presaun tanba tempu atu diskuti badak liu, la urjenti atu halo lalais aprovasaun ba PEDN 2030. Situasaun ne’e hamosu pergunta bo’ot ida: tanbasa polítiku na’in sira gosta atu halo debate, defisil atu hetan konkordansia ba asuntu importantisímu ida ne’e? Lia-fuan seluk bele dehan nusa mak PEDN ida ema hein hela kleur tiha ona no konsidera di’ak ba dezenvolvimentu nasional, invez hetan apoiu hotu, maibe balun sei laran todan? Iha polítika diferensia hirak ne’e baibain. Maibe diskordansia temin iha leten tuir hakerek na’in nia observasaun la’os kestaun huun, la’os PEDN 2030 de’it mak sai problema. Politik na’in sira konsentra liu atu hetan apoiu hodi aprova ka la aprova PEND 2030. Padahal PEDN ne’e foin mak hanesan komponenti ida hosi sistema no prosesu planeamentu nasional tomak. Dokumentu PDN 2002 (iha ne’e habadak ba PDN1) kleur tiha ona fó hatene ba ita katak planeamentu ba futuru ne’e hanesan prosesu kontinuu ida. Planu ba dezenvolvimentu nasional ne’e foin hanesan hakat ida dahuluk hosi prosesu planeamentu ida estruturadu. (Planning for the future is an ongoing concern, and the national Development Plan is only the beginning of a structured planning process). Problema loloos mak durante tinan sia nia laran Governu hirak ka’er ukun seidauk halo jestaun planeamentu ho efikaz ho efisiente.
Kalau Juergen Habermas pernah menelorkan perlawanan terhadap ide pre-supposive rational, mengenai rasionalitas yang diarahkan untuk kepentingan tertentu, maka filosof Muslim yang banyak menjadi penasihat raja-raja di Timur Tengah, Ibn Sina berhasil menyajikan sajian khas Asia dalam ramuan akali yang tak terbantahkan. Logika. Ibn Sina memainkan logika dalam sebuah ‘kebebasan’ menggunakan logika dalam keluasan, bukan memenjarakannya dalam kepentingan tertentu hanya untuk meloloskan nilai. Logika menurut Ibn Sina adalah bukan sekadar proses penalaran yang diracik dalam adonan silogisme, melainkan logika yang terarah pada sebuah keluasan. Logika adalah keluasan itu sendiri yang membentuk di dalamnya keteraturan demi keteraturan bagi otonomi alam pikiran yang bertanggung jawab.
Keterarahan pada keluasan dengan struktur logis tertentu, haruslah dimaknai sebagai daya yang mengondisikan peluang bagi kontinuitas otonomi logika, karena logika bukan saja dikondisikan oleh manuver dan evolusi dari dalam, tetapi juga kondisi eksternal yang turut memberi warna dan bentuk bagi logika. Jika Aristoteles menekankan pentingnya materi ketimbang forma yang ideal untuk melawan ‘dunia ide’ Plato, maka Ibn Sina memberi ruang yang lebih seimbang terhadap pertemuan materi dan forma. Media logika dipakainya untuk mendamaikan perdebatan lama antara Plato dan Aristoteles. Orientasi dan objektivitas yang diramu hal-hal eksternal dipadu dengan subjektivitas dan disposisi internal.
Timor-Leste is situated in South East Asia at the eastern end of the Indonesian archipelago. It is one of the world's youngest nations, having attained formal independence in May 2002, after over four hundred years as a Portuguese colony, twenty four years of Indonesian occupation and two years of administration by the United Nations. Timor-Leste has already made good progress in its short history but remains a fragile post-conflict state and the least developed country in Asia. It still faces significant development challenges: extreme poverty, high population growth, low skills and education levels, lack of capacity in the public sector, low levels of service delivery in health and education and a weak judicial system. Unemployment is widespread, infrastructure is poor and private investment is minimal.
Growing petroleum revenues, if managed effectively, could fast-track Timor-Leste's development. Poverty has increased significantly since independence with about 40% of the Timorese population living below the basic needs poverty line of less than a dollar a day. Nearly 80% of the poor, nationally, depend on the agricultural sector for their livelihood.
Since independence, Timor-Leste, with international support, has made considerable progress in putting government structures in place. An improved climate of stability and security has brought in the recent years a burst of economic growth and optimism in the capital Dili in 2010. The International Stabilisation Force, currently made up of troops from Australia and New Zealand and supported by UN Police, is expected to fully draw down by the end of 2012.
Antes tama ba esbosu desafios desenvolvimento, antes de tudo ita tenke hatene uluk, knar ka responsabilidade desenvolvimento iha se-se nia responsabilidade. Tuir TL nia Konstituisaun, Partido politico ka Aliansa partidos politicos nebe forma Governo maka iha responsabilidade ba assunto ida ne.
Nune, politica ba desenvolvimento assenta ba policy (kebijakan) governo nebe kaer ukun. Kapasidade membros do Governo atu elabora planos, tuir prioridades, exekuta orsamento ho efisiencia no eficaz, boa governasaun, sistema judicial ida kredivel, alokasaun rekursos atu responde populasaun sira nia susar, governasaun ida livre ka izento husi KKN, ita bele dehan governo ida ne, kompetente duni, no votantes sira kontente ho Partido ida nebe sira hili. Se lae, eleisaun tuir mai votantes sira vota ba Partido seluk, tanba Partido nebe kaer governo la tau matan ka fo atensaun ba votantes sira nia susar no terus.
Abilio da Fonseca is a driven man. The PhD candidate and Timor-Leste citizen wants one thing above anything else, and that is to contribute to helping the island nation and its one million- plus population to prosper. But prosperity will never come unless the world’s youngest democracy can repel the newest threat to its shores.
Raised in a fishing village where lives depend on the resources of the sea, Abilio is a young man fighting a new peril that is snapping at his nation – climate change.
Born in a small village in the sub-district of Tutuala, in eastern Timor-Leste Island, Abilio’s family of nine brothers and sisters survived by subsistence farming and fishing. A keen interest in marine life and passion for improving the lives of his people saw Abilio study at the Fisheries High School in Aquaculture in Indonesia before completing an undergraduate degree in fisheries and aquaculture at Hasanuddin University, Indonesia.
Jadi laki-laki itu enak. Dan menyenangkan. Rekan blogger yang berjenis kelamin laki-laki pasti tahu hal ini. Ada banyak ‘kelebihan’ dan ‘keuntungan’ menjadi laki-laki. Bahkan di pergaulan, laki-laki kerap diuntungkan, terutama menyangkut bagaimana tanggapan orang banyak.
Lalu, apa sih enaknya menjadi laki-laki? Berikut beberapa fakta yang membuktikan bagaimana enaknya menjadi laki-laki.
Kennedy Space Center (CNN) -- Space shuttle Atlantis lifted off Friday morning on the final mission of America's 30-year shuttle program, a thunderously poignant moment that drew people from around the world to watch.
Some of the thousands of onlookers chanted "U.S.A." Others shed tears as Atlantis roared aloft atop its powerful rockets on what a NASA commentator called a "sentimental journey into history."
"Godspeed, Atlantis," read a sign held up by a saluting member of the ground crew whose job it was to seal the shuttle's hatch for the last time.
Inside the launch control room, even normally sober engineers acknowledged choking up. Launch Director Mike Leinbach threw his arm around a colleague and said, as they watched the shuttle ascend, "We'll never see that again."
Pesawat ulang alik Atlantis bersiap
menyambut peluncuran terakhirnya
yg direncanakan Jumat (8/7/11) dari
Ken nedy Space Center, Florida, AS.
Pesawat ulang alik Atlantis bakal diluncurkan terakhir kalinya hari ini Jumat (8/7/2011) pukul 11.26 EDT atau sekitar pukul 22.30 WIB. Chris Ferguson, Dough Hurley, Sandra Magnus dan Rex Walheim akan menjadi astronot pelaksana misi tersebut. Mereka akan membawa muatan yang terdiri dari logistik, bahan penelitian dan termasuk iPhone 4.
Karena menjadi peluncuran terakhir pesawat ulang alik NASA, maka sistem penyelamatan dalam misi Atlantis kali ini istimewa. Sebabnya, NASA sudah tak punya pesawat ulang alik lain yang bisa dipakai jika Atlantis nanti mengalami kerusakan dan tak bisa kembali ke Bumi. "Karena tak ada cadangan pesawat ulang alik, kita harus bergantung pada opsi alternatif sehingga astronot bisa kembali, yaitu lewat rotasi normal pesawat Soyuz (milik Rusia) yang datang mengirimkan kru baru," kata Ferguson yang kali ini bertindak sebagai komandan misi.
Click iha ne'e to access full document of Timor-Leste Strategic Development Plan.
O Plano Estratégico de Desenvolvimento para Timor-Leste de 2011 a 2030 será lançado a 12 de Julho, o primeiro dia da Reunião de Timor-Leste com os Parceiros de Desenvolvimento (RTLPD), no Centro de Convenções de Díli. O plano, que estabelece o rumo do desenvolvimento de Timor-Leste ao longo dos próximos 20 anos, resulta de pesquisas, estudos, reflexões e consultas abrangentes por parte do Governo de Timor-Leste, dos intervenientes no país e do Povo.
Em 2010 S. Exa. o Primeiro-Ministro Kay Rala Xanana Gusmão atravessou o país, visitando pessoalmente cada um dos 65 sub-distritos de Timor-Leste com o intuito de discutir as oportunidades e desafios que se deparam à nação, realizando reuniões abertas para uma consulta inclusiva dos cidadãos de Timor-Leste. Desde o início foi considerado essencial que o PED fosse um plano timorense para o povo timorense; um plano “pertencente ao país” e cuja implementação fosse “liderada pelo país.”
Jakarta : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Wapres Boediono, memimpin rapat kabinet terbatas bidang Polhukam di kantor Presiden, Senin (23/5) siang. Agenda utama rapat adalah laporan dari Menko Polhukam Djoko Suyanto atas implementasi dari rekomendasi Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia – Timor Leste.
"Kedua negara dan pemerintah bersepakat untuk menyelesaikan masalah bilateral di waktu yang lalu sebagai akuntabilitas sejarah seraya mengukuhkan persahabatan, kerjasama, dan hubungan baik ke depan maka kita telah membentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan," kata Presiden dalam pengantar rapat.
Tidak ada revolusi yang setengah-setengah. Tidak ada revolusi dengan perhitungan untung rugi. Tidak ada revolusi dengan kepura-puraan dan Revolusi adalah jiwa sesungguhnya dari dunia ini. Jangan pernah hidup di dunia yang setengah-setengah (Yang ini dari CHE). Jangan termakan janji muluk surga! Juga jangan takutkan kebengisan neraka. Siapa yang sudah pernah ke SURGA atau NERAKA dan kembali selamat ke dunia ini? Hiduplah sebagai manusia yang berevolusi, tidak peduli apa kata yang lain. Selama masih bisa berjalan dan masih mau berjalan, berjalanlah sebagai manusia. Sungguh-sungguh sebagai manusia. Jangan biarkan uang, posisi, jabatan dan kemegahan yang hanya merupakan imitasi surgawi merayumu untuk berhenti!
Diambil dari blog Akhmad Kusaeni yang diposting pada tanggal 18 Desember 2007. Sebuah ungkapan sejarah yang penuh makna, membuktikan bahwa tanah sakral Timor Leste melindungi pemimpin yang berjuang dengan hati demi kemerdekaan negaranya, sehingga di saat yang paling sulit, antara hidup dan mati, ada keputusan untuk terus membiarkannya hidup dalam ketakberdayaan. Siapa sangka dalam ketidakberdayaan itu, justru muncul kekuatan di balik penjara yang terus memimpin perjuangan hingga mencapai kemerdekaan melalui jajak pendapat.
Telusuri ungkapan sejarah berikut, mengenai mati atau hidupnya nasib seorang Kay Rala Xanana.
Oleh Akhmad Kusaeni
Jakarta, 21/12 (ANTARA) – Sebuah keputusan pada saat genting bisa membuat sejarah. Kalau saja Xanana Gusmao saat tertangkap tahun 1992 jadi dieksekusi, mungkin saja Timor Timur tidak pernah lepas dari Indonesia dan “gembong Gerakan Pengacau Keamanan Fretilin” itu tidak menjadi Presiden Timor Leste seperti sekarang ini.
Video penangkapan pemimpin pembebasan bangsa Timor Leste Kay Rala Xanana oleh pasukan khusus 'kopasus' Indonesia pada tanggal 20 November 1992. Mark Davis dari SBS Dateline yang mempublikasikan melalui YouTube pada tanggal 23 Mei 2011.
Tentu saja, penangkapan ini adalah kesuksesan luar biasa yang diraih oleh pasukan khusus Indonesia, dalam masa singkat panglima TNI waktu itu Tri Sutrisno langsung terbang ke Dili menemui Kay Rala Xanana.
Tri Sutrisno tidak berhasil meyakinkan Kay Rala Xanana dengan penjelasan proses Integrasi Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Xanana tetap teguh pada prinsipnya dengan mengatakan kepada Tri Sutrisno "Xanana bisa mati hari ini, bisa distrom dengan listrik, bisa dipukul. diikat,... tetapi apa kata dunia". Tri Sutrisno pun memerintahkan Xanana untuk merenung dan bekerja sama dalam mencari para gerilyawan yang lain di hutan.
Indonesia boleh berbagga saat itu, tetapi strategi perjuangan seorang Xanana tidak berhenti sampai di situ. Dari balik dinding tua penjara Cipinang Jakarta, dialah pemimpin tertinggi perjuangan kemerdekaan Timor Leste. Xanana terus mengendalikan Front Bersenjata yang bergerilya di hutan, Front diplomatik yang terus mengiternasionalisi masalah Timor Leste serta Front Klandestin yang bergerak di tengah musuh dan di seluruh dunia.
Kemerdekaan adalah harga mati, dan kemerdekaan itu telah diraih melalui referendum. Xanana pun tidak berhenti sampai di sini, dia terus berjuang untuk membebaskan rakyatnya dari lilitan kemiskinan dan keterbelakangan. Perjuangan itu terus berlanjut, Kay Rala Xanana tidak kenal lelah,... inilah PAHLAWAN SESUNGGUHNYA...
Today is an extremely important landmark for Public Administration in our young State. I will even dare to say it is the most significant one since we achieved Independence.
From the time it entered into office, this Government focused on making decisions to promptly ensure a professional and efficient Civil Service, with dignified and fair working conditions for everyone.
And so, we strived to correct a practice that started with the United Nations Administration, which was the coexistence of two categories of Public Administration workers: the Administration officers, commonly known as temporary workers, and the civil servants, who are the permanent workers.
Jose Belo, Jornalista Tempo Semanal (Photo The Age)
KALAN ida, loron rua nolu, fulan Maiu, tinan rihun rua sanulu resin ida, iha palasiu Governu nia oin, ema lubun bo’ot halibur aan hodi asiste programa sunu paixon. Aktividade ida ne’e, hodi selebra aniversariu restaurasaun independencia TL ba dala sia. Ahi lakan. Tarutu, haburas lalehan nia klaran.
Tarutu hirak ne’e, doko ha’u nia neon hakarak atu ba palasiu Governu nia oin hodi halo kontente matan. Maibe, maluk ida dehan festa 20 de Maiu ne’e hanesan meus ida hodi gasta osan wainhira Timor oan sira hahu ka finjidu haluha ema sira ne’ebé fó ninia aan tomak ba obra ukun rasik aan.
Merkurius menjadi planet terdekat matahari. Planet ini menjadi planet yang sulit dipelajari selama beradab-abad. Namun kini rahasia terbesarnya berhasil dikuak.
Nyatanya, hanya dua pesawat luar angkasa yang pernah berhasil mengunjungi Merkurius. Yakni, Mariner 10 NASA pada pertengahan 1970an dan kini Messenger (MErcury Surface, Space ENvironment, GEochemistry dan Ranging) yang telah mencoba tiga kali terbang ke planet itu sejak 2008 yang akhirnya berhasil masuk orbit Merkurius pada Maret ini.
Misi Messenger mampu menjawab banyak misteri yang menyelubungi Merkurius, termasuk teka-teka berikut.
