Apr 23, 2011

Tentang Uang, Bola dan Manusia

TURUNKAN NURDIN dan NAIKKAN GAYUS!

Pernah dengar cerita tentang penjara bawah tanah ukuran 1X1 meter? Adanya di Kota Semarang, tepatnya kompleks bangunan perkereta-apian jaman belanda dengan jumlah pintu yang banyak dan sering disebut LAWANG SEWU (seribu pintu). Penjara jongkok, demikian penduduk sekitar menyebut sambil mengenang tragisnya pemerintahan kolonial dengan penegakan hukumnya yang sangat tidak manusiawi. Semua yang dihukum mati disengsarakan dengan cara demikian sebelum maut merenggutnya dalam kegelapan dan tenangnya dunia ‘bawah’ yang sadis.

Ada juga tiang-tiang gantungan yang keji tempat orang digantung dan dihukum mati. Mati tercekik di atas tiang gantungan adalah salah satu cara pembunuhan dengan menggunakan kuasa represif yang keji. Kemanusiaan terbunuh oleh tali yang menyetop hubungan dan sistem transformasi saraf dan sirkulasi darah serta keterhubungan anatomi tubuh manusia bagian tengah dan atas. Mati di penjara jongkok dan mati di tiang gantungan adalah salah satu jenis kebiadaban yang pernah menjadi tren paling modern dalam membangkitkan ketakutan masyarakat lewat shock therapy.


Tapi, sekalipun semuanya bermuara pada kematian, proses penyiksaan ini mengambil dua jalan yang kontras. Kalau di penjara jongkok, orang harus menuruni anak-anak tangga menuju kematian, di tiang gantungan sebaliknya orang-orang harus naik tangga untuk tak berpijak pada wahana apapun. Yang satu turun, yang satu naik.

Nurdin dan Gayus, dua kakak beradik (tentunya versi saya). Lahir pada tanggal yang bersamaan. Nurdin berusaha keluar duluan dari penjara rahim ibunya untuk segera merebut kekuasaan duniawi dengan cara yang tidak biasa. Sedang Gayus santai-santai saja, ia mau berhasil, malah lebih berhasil sebagai tokoh muda, yang paling muda. Yang terakhir, tapi terkaya, tersukses, terlindungi dan teristimewa.

Nurdin mengamini bahkan menjadikan pemikiran Machiavelli sebagai prinsip hidupnya. Untuk apapun yang terjadi, TUJUAN harus menghalalkan CARA. Bahkan, jika seluruh rakyat negeri ini harus dikorbankan, tak apalah, penduduk negri antah-barantah ini sudah terlalu banyak, terlalu banyak yang dungu, terlalu banyak yang bego, terlalu banyak yang miskin dan terlalu banyak yang tidak tahu terlalu banyak.

Sedangkan Gayus, tetap low profil. Santai dan tenang, bahkan ketika dia pernah tenggelam dalam sungai maksiat di negerinya yang penuh lumpur dan kotoran. Buaya-buaya diinjaknya dengan enteng agar dia bisa keluar dan singgah di beberapa tempat yang bahkan tidak bisa dikunjungi oleh orang lain. Dia juga bisa menggunakan begitu banyak sarana dan fasilitas yang tidak bisa digunakan oleh orang-orang normal. Jangankan digunakan, untuk dilihat saja, banyak orang tidak bisa.

Ahhh, cerita mulu tentang kehebatan! Siapa sih sebenarnya Nurdin dan Gayus itu? Nurdin bernama lengkap Nurdiansyah Seteresitta, lalu Gayus nama sebenarnya sih Gayusia Paranoisy. Keduanya mengidap kelainan dalam relasi, bapak mereka bernama KEBINGUNGAN dan ibu mereka bernama PENJILAT. Yang beri nama saya, yah suka-suka saya.
Keduanya membangkitkan opini dan pendapat dari berbagai kalangan. Kalau para tokoh bijak mengatakan pertanyaan retoris untuk member awasan bagi generasi penerus, “Kalian tidak lebih baik dari Nurdin dan Gayus.” Maka lain lagi dengan para politisi dan birokrat, mereka selalu bilang, “Kapan kita bisa buat Nurdin dan Gayus yang baru.” Eh rakyat kecil yang hidupnya tak jelas ikut-ikutan bilang, “Enaknya jadi Nurdin dan Gayus.” Lalu saya sendiri bilang, “Nurdin itu suaminya Gayus dan Nurdin itu juga istrinya Gayus.” Lanjut ah obrolan tak penting ini!

Yuk Maree. Nurdin punya ketakutan terbesar untuk tidak boleh turun dan Gayus juga punya ketakutan untuk tidak boleh Naik. Nurdin mau mengumpulkan harta, takhta, dan segala sesuatu dari atas singgasanan abadinya, sedang Gayus bermain liar dengan menggerogoti semua mereka yang sudah ada di atas dan tidak mau jatuh. Benar khan apa kata saya? Mereka berdua adalah suami istri yang sejati.

Lantas apa hubungannya dengan deskripsi awalmu? Tenang bro, santai wae. Cara membinasakan mereka berdua cukup sederhana. Yang satu diturunkan ke penjara jongkok, yang satu dinaikkan ke tiang gantungan. Lha, tadi kamu bilang itu adalah dua jenis hukuman yang tidak manusiawi? Gimana sih kamu ini?

Apa? Kamu masih berpikir bahwa Nurdin dan Gayus adalah manusia? SELESAI.

Sekian kisah dari antah-barantah! Tapi sebelum berakhir, kalau ada yang mau punya anak sebaiknya anak anda dinamai Nuryus atau Gadin. DIJAMIN GAK ADA YANG MISKIN APALAGI TURUN DARI JABATANNYA.

Oleh: Ermalindo Albinus Joseph Sonbay

1 comment:

Anonymous said...

gayus dan nurdin, sama sama berasal dari S island. oopsss, keceplosan hahaaa