Yahudi. Bila kata itu ditanyakan pada muslim atau nasrani, seringkali ditanggapi dengan geram. Kata Yahudi memang diidentikkan dengan Israel yang menjajah Palestina. Kebencian pada Yahudi patut dipahami. Tapi apakah semua orang Yahudi patut dimusuhi?
Penganut Yahudi sudah lama berada dan diakui keberadaannya di Indonesia. Harus diketahui, banyak orang Yahudi yang prokeadilan dan cinta kemerdekaan serta tidak suka dengan pemerintah Israel. Agar tidak benci membabibuta, harus dibedakan antara Yahudi dengan Israel.
Menurut Presiden World Conference on Relegion for Peace (WCRP) KH Hasyim Muzadi, ada dua kalangan Yahudi, yaitu Yudaisme dan Zionisme. Yudaisme adalah Yahudi sebagai agama, menyangkut soal ritual ibadah dan norma tentang kehidupan bagi penganut agama samawi (langit) itu. Yahudi sebagai agama, masuk dalam agama besar dunia dan masuk dalam koordinasi WCRP.
Sedangkan Zionisme adalah gerakan politik orang Yahudi yang ekspansionis dalam mewujudkan imperialisme dan kolonialisme. "Gerakan Zionisme inilah yang tahun 1918 menjajah Palestina dengan mendirikan negara di tanah Palestina," kata mantan Ketua Umum PBNU yang juga menjabat sebagai Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu kepada detikcom.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sekretaris Hubungan Antaragama Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Antonius Benny Susetyo. Persoalnnya, sebagian besar masyarakat, termasuk Komunitas Pro Lobi Israel atau Pecinta Israel tidak bisa membedakan antara Yahudi atau Israel.
"Kalau ikut merayakan HUT dan mengibarkan bendera sama saja mengakui negara Israel, yang hingga kini belum mewujudkan perdamaian di Palestina. Satu lagi, ini kan melanggar amanat UUD 1945,” tegas Romo Benny.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj juga sepakat penolakan terhadap perayaan kemerdekaan Israel bukan berati penolakan terhadap Yahudi. Sebagai agama, Yahudi harus dihormati sebagaimana agama-agama yang lain. Tetapi tidak pernah ada yang setuju sebagai Zionis yang mendirikan pemerintahan Israel yang zalim. Makanya, hampir sebagian besar umat Islam di dunia, termasuk agama lainnya menganggap hari kemerdekaan Israel merupakan Hari Tregedi bagi Palestina.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Andreas Yewangoe juga mempertanyakan keanehan sebagaian kecil kelompok di masyarakat yang ingin merayakan HUT Israel ini. "Ini tidak relevan bagi bangsa kita. Gereja-gereja se-dunia (WCC) dan gereja-gereja di Indonesia (PGI) sampai sekarang tetap mendukung hak-hak rakyat Palestina untuk memperoleh haknya untuk mendirikan negara Palestina," tegasya kepada detikcom.
Yewangoe juga menyatakan, tidak tepat mengidentikkan begitu saja Israel di dalam Al Kitab dengan negara Israel modern sebagai hasil Zionisme. Yudaisme juga tidak identik dengan negara Israel dan tidak semua penganut Yahudi setuju dengan Israel.
"Kita semua mengharapkan terjadinya perdamaian kekal di tanah Palestina atas keadilan semua pihak. Rakyat Palestina harus tetap bersatu agar kuat memperjuangkan hak-haknya ini," kata Yewangoe.
Utusan Khusus Presiden untuk Perdamaian Timur Tengah, Letjen (Purn) TB Silalahi meyakini, keberadaan komunitas Yahudi di Indonesia sangat sedikit, apalagi ibadahnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak terbuka. "Sejauh mereka tidak mengganggu ketertiban umum, ya silakan saja. Tapi akhir-akhir ini toleransi masyarakat yang dipicu oleh kelompok tertentu agak menurun, sehingga aparat keamanan diharapkan lebih waspada lagi terkait masalah ini," jelasnya.
Mantan Menneg PAN ini pun mengungkapkan, umat Islam dan Nasrani di Palestina dan Libanon bersatu melawan pemerintah Israel, bukan memusuhi agama Yahudi.
No comments:
Post a Comment