May 18, 2011

Menunggu Waktu di Perbatasan Mota Ain

Jembatan Loes dalam ancaman
Tiba di Mota Ain dari Dili dengan Timor Travel, terasa sangat lelah. Sepanjang perjalanan yang berliuk-liuk, berlubang-lubang, hingga menanti berjam-jam di sekitar Batuboro (Maubara) karena perluasan dan perbaikan jalan raya, menamba derita para penjelajah. Rasanya ingin turun saja di ujung Jembatan Loes, menikmati ayam bakar, jagung muda, ketupat, ikan bakar, tetapi harus kejar waktu sebelum pintu perbatasan negara ditutup. Oh ya, Jembatan terpanjang di Timor Leste itu, dalam ancaman sungai Loes, sungai terpanjang di Timor Leste. Di salah satu bagian di arah barat, dihantam arus sungai hingga miring beberapa derajat, yang mengakibatkan kendaraan lebih dari roda empat dilarang melewati jembatan itu, kendaraan roda empat boleh lewat tapi terpaksa penumpangnya turun, jalan kaki menyeberangi jembatan. 



Sungai Loes yang terpanjang itu
Sial. Terlambat tiba di pintu perbatasan negara, petugas imigrasi telah pergi mencari makan siang di sekitar kota pinggiran Batugade. Pintu kantor imigrasi temporay dalam kontainer itu, tertutup rapat, terkunci pula. Oh, ternyata waktu makan siang, itu artinya harus menanti 2 jam, tidak lama memang, tetapi rasanya seperti 2 hari. Rasa kecewa dan kelaparan nampak jelas di raut wajah para penumpang. Ya, ada ratusan penumpang yang siap menyeberang batas negara, tapi harus bersabar menanti di bawah panas terik matahari siang. 

Perbaikan dan perluasan Jalan Raya
di Batuboro - Maubara
Tidak ada yang menarik di pintu perbatasan Timor Leste dan Indonesia ini. Saya mencoba menemukan sesuatu yang menarik untuk menghilangkan rasa jenuh dalam penantian ini. Tidak ada cewe cantik yang bisa diajak ngobrol, ada di antara penumpang yang sangat pandai bercerita dan berbagi humor, sembari tertawa sekenanya. Saya tahu mereka mencoba untuk menerima situasi penantian ini. Saya tidak tertarik bergabung dengan kelompok ini. 

Kantor Imigrasi dalam kontainer
di Mota Ain
Di ujung sana, ada sekelompok orang, tidak sedang berbagi cerita, tidak pula sedang tertawa senang, mereka sementara serius bekerja. saya mendekati dan melihat apa yang sedang mereka kerjakan di siang panas ini. Mereka adalah para tukang yang sedang mendirikan beberapa bangunan di pintu perbatasan negara ini. Nampak beberapa bangunan sudah setengah jadi, dan lainnya sudah seperempat jadi. Ya, ini adalah bangunan kantor imigrasi, kantor bea cukai dan post polisi perbatasan. Meskipun bangunan masih setengah jadi, tapi terlihat dengan kwalitas yang cukup bagus. Saya tidak sempat menanyakan kontraktor apa dan siapa yang mendapatkan proyek ini, tetapi saya senang bahwa kwalitasnya bagus untuk ukuran negara baru Timor Leste, dan terutama sebagai salah satu pintu utama keluar-masuk perbatasan negara. 

Gedung baru dalam tahap konstruksi
Dengan adanya bangunan-bangunan baru itu di pintu masuk perbatasan, menunjukkan negara muda ini terus memantapkan diri sebagai negara berdaulat. Masih ada banyak kekurangan dan keterbatasan di sana sini, tetapi semuanya dalam proses tahap demi tahap menuju impian para martir dan pahlawan negara ini. Gedung baru akan memberikan suntikan semangat pagi para petugas imigrasi, bea cukai dan polisis perbatasan bekerja lebih keras dan profesional. Dengan demikian, para pelintas batas negara akan mendapatkan pengalaman tak terlupakan di pintu perbatasan, pengalaman akan good services dari para ofisial, pengalaman bermakna yang akan disebarluaskan ke berbagai negara, bagian dari promosi mendatangkan turis asing, yang tentu akan menamba pendapatan negara. 

Aah ternyata, sekelompok orang yang tadi bercanda gurau di pintu kantor imigrasi kontainer, sudah mengumpulkan passport mereka dan letak persis di loket petugas imigrasi. Mereka ingin mendapatkan pelayanan pertama. Saya tidak mau mengumpulkan passportku, toh petugas imigrasi belum datang, mungkin beberapa menit lagi. 

Bangunan fasilitas perbatasan negara
setengah jadi
Saya mendekati beberapa orang Jawa, yang sudah lama saya kenal di Dili beberapa tahun lalu, mereka adalah kontraktor yang turut membangun negara muda ini. 
"Cukup lama menunggu ya, pak." sapaku membuka percakapan. 
" ya, mau gimana lagi, inilah situasinya." jawaban yang cukup tenang dan penuh ketabahan. 
" ya pak, situasinya masih seperti ini, berharap suatu saat pintu perbatasan dibuka 24 jam" sambungku. 
" semua butuh proses adik, ini negara muda, butuh waktu lama untuk membuat semua jadi lebih baik" katanya memberi pengertian padaku. Lalu dia bercerita panjang sampai akhirnya petugas imigrasi datang.

pos bea dan cukai di perbatasan
Petugas imigrasi meminta membagikan kembali passport yang terkumpul di loket, masing-masing harus memegang passportnya, kasihan deh kawan-kawan hahaha,... dan saya memanfaatkan situasi itu menerobos masuk ke garis depan, menjadi yang pertama, sorry friends, saya juga mau yang pertama. Bersambung...





Suatu siang di Mota Ain, awal March 2011.

No comments: