Jan 4, 2011

Sorry, Semua Tempat Sudah Dipesan!!

Ermalindo Albinus Joseph Sonbay
Wartawan Suara Pembaruan
Waktu itu, yah kira-kira menurut legenda (mungkin mitos) atau bahkan sejarah yang sesungguhnya, waktu Augustus memaksa membuat cacah jiwa universal, Joseph dan Maria dari Nazareth bela-belain datang ke Betlehem, tanah leluhur Daud untuk ikut didaftarkan sebagai penghuni dunia yang boleh jadi kejam dan selalu tak adil ini. Dan satu hipotesa kecil bisa diletakkan di sini. Yesus, bayi teologis yang dikandung Maria, benar-benar hadir sebagai manusia dalam cerita manusia dan juga kesengsaraan manusia. Ia manusia yang sempurna. Manusia yang sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah. Hmm salah satu pengajar saya waktu kuliah tentang Kristologi pernah menjawab kebuntuan berpikir logis tentang ke-Allahan dan ke-manusiaan Yesus dengan berkata di luar panduan LIMA JALAN Thomas Aquinas, “Ada yang harus dipikirkan dengan akal, ada yang harus dirasakan dengan hati, namun ada yang harus diimani dengan keseluruhan diri.” Diskusi tentang hal ini akan memenuhi seluruh lembaran sejarah dan inovasi serta penemuan baru manusia.  Dan jika digiring ke diskursus teologis, hal ini akan selalu menghadirkan kesimpulan yang terbuka. Maka, hipotesa tentang manusia yang paling sempurna dalam sejarah masih tetap bisa dilanjutkan. Ruang untuk itu adalah ruang terbuka yang harus dibiarkan tidur di antara akal budi yang berpasukan logika dan daya analisis sistematis dengan keindahan rasa yang ditopang estetika dan kegilaan akan keharmonisan.

OK? Lanjut. Dalam cerita pelajaran-pelajaran agama yang saya dengar entah berapa kali semasa kecil hingga drama-drama natal dan berbagai sisi lainnya, Joseph dan Maria tidak menemukan penginapan di hotel-hotel dan rumah penginapan sekitar Betlehem, tanah yang sekarang menjadi bagian dari sengketa berkepanjangan Israel dan Palestina. Drama tragis natal dipuncaki oleh kelahiran seorang paling berkuasa di tempat yang paling bersahaja. Kandang hewan yang hina dan selalu berusaha digambarkan oleh hampir seluruh seniman di seluruh dunia sepanjang masa.

Andai Joseph dan Maria hadir di dunia saat ini, kemungkinan besar para pemilik apartemen mewah, hotel-hotel berbintang hingga losmen dan penginapan plus-plus juga akan menolak mereka. Hmm kembali lagi ke alas an teologis, semua itu sudah merupakan penyelenggaraan ilahi. Skenario ilahi ini sudah didesain. Mungkin. Namun, terlepas dari apa yang sudah ditentukan oleh “YANG MAHA KUASA” spontanitas manusia yang hidup dan menukar-lepas nafas-nafas hidupnya di dunia penuh nuansa konsumerisme dan materialisme ini perlu juga diberi penekanan. Tidak ada orang yang benar-benar hidup sebagai orang yang miskin. Orang miskin sekalipun sudah banyak yang tergiur oleh kegemilangan harta dan kekayaan. Siapa yang tidak pernah pusing akan makanan seperti pipit-pipit yang terbang liar. Siapa yang tidak memikirkan keindahan dan model pakaian seperti bakung yang tak selalu diperhatikan. Telepon genggam menjamur di Nusantara bagaikan dewa baru, itu baru satu contoh. Tidak ada yang benar-benar menghidupi corak dan semangat miskin akan harta dan kekayaan.

Pejabat mungkin senantiasa dihantui khayalan dan mimpi bagaimana menerapkan trik dan aksi korupsi tanpa diketahui publik. Bagaimana mereka menjalankan politik santun penuh pencitraan tanpa aksi yang sesungguhnya. Yang bermain di ranah hukum terus mengharapkan bisa menjadi kaya dengan memialangi kasus-kasus tertentu. rentetan kasus hukum yang membelit bumi pertiwi bisa jadi contoh. Kawan-kawan mahasiswa dan kelompok pergerakan selalu beraksi dengan imbalan plus-plus. Boleh jadi hampir tidak ada demo dan unjuk rasa yang tanpa biaya. Hari gini jangan berpikiran tentang GRATIS pak! Boleh jadi, bahaya venalisme ini juga merasuki kalangan penyebar dan penyambung informasi. Mereka yang bergerak di media elektronik, TV, On-line, cetak maupun media paling pertama mulut ke mulut. Banyak gossip bisa jadi tidak benar, prediksi dan rumor mengarah ke provokasi, headline bisa saja ditalangin oleh mereka yang berduit. Semua mau menjadi pemain.

Dan, bahaya ini bukan saja menjadi mimpi buruk golongan menengah dan golongan atas dalam pengetahuan, harta dan keimanan, mereka yang berada di posisi paling dasar strata manusia pun berbuat yang sama. Berusaha hidup sebagai dan menjadi pialang, makelar, tukang kelola dan sudah pasti “pemakan manusia yang lain.” Hobbes benar ketika melesakkan idenya Homo Homini Lupus. Manusia adalah serigala satu bagi yang lain. Persoalan perut dan syahwat yang berada di bagian paling bawah anatomi biologis manusia dibalikkan posisinya menjadi paling atas, mengalahkan pikiran dan hati.

Ah, kayaknya saya mulai berkotbah. Yang sesungguhnya mau saya sampaikan adalah (yang pastinya menurut saya) SUDAH TIDAK ADA TEMPAT LAGI bagi MANUSIA yang PALING SEMPURNA yang selalu dirayakan kedatangannya setiap 25 Desember, tanggal di mana selalu diadakan pesta untuk memeringati Dewa Matahari di jaman kuno. Semuanya sudah terisi dengan keunggulan-keunggulan negatif manusia. Sedikit sekali manusia (saya termasuk dalam kelompok besar) yang lebih bersih dari Yudas yang menjual MANUSIA LUAR BIASA ini hanya dengan tiga puluh keeping perak. Juga tidak banyak manusia yang lebih baik dari PETRUS yang hanya menyangkalinya tiga kali. Hmm, akan jadi kontras kalau spirit Natal dibenturkan pada tiang-tiang sengsara anak manusia ini di kala paskah nanti.

Saya sendiri dalam praksis hidup saya selalu dan selalu mengatakan hal ini kepada manusia paling sempurna tersebut. “Sorry bro, semua tempat di hati dan kehidupan saya sudah penuh. Tidak ada lagi KEHENDAK BEBAS yang murni dan bersih bagiMU.” Sekalipun ada suara di dasar hati untuk senantiasa menyediakan tempat baginya, aksi, tutur, tindak dan pikiran serta kelalaian saya senantiasa pula mengatakan bahwa tempat tersebut tidak ada bagiNYA. Bahkan dengan kesadaran dan seluruh potensi diri saya sebagai manusia saya bahkan tak mengijinkan DIA hadir di kandang kebinatangan saya. Ironi natal akan menjadi kompleks dari tahun ke tahun kalau semua berpikir soal KESIAPAN. Orang-orang kaya akan memikirkan apa yang akan dikenakannya ke GEREJA nanti. Para pejabat dan pembesar tentunya akan memikirkan di mana mereka akan berbelanja untuk OPEN HOUSE natalan. Muda-mudi akan memikirkan bagaimana menghabiskan natal bersama pasangannya. Orang-orang kecil kebanyakan tidak akan peduli sedemikian sempurna mengenai natal, karena mereka terlanjur terindoktrinasi untuk mengemis dan mendahulukan kepentingan perut mereka. Lalu masih bergunakah natal.

Hmm… Semoga ENGKAU yang sempurna, menutup mataMU terhadap catatan di atas ini. Selamat Hari Ulang Tahun YESUS. Untuk yang merayakannya mohon maaf sedalam-dalamnya, MAT NATAL.

2 comments:

Anonymous said...

yg nulis atheis ya?

Liberdade said...

yang nulis adalah salah satu anak Tuhan,... tidak tahu Tuhan yang mana, tapi yang jelas hanya satu TUHAN untuk seluru dunia,... banyak agama tapi hanya satu Tuhan,... yang nulis masih terus mempelajari semua agama hehehe.... pisss Mea.