Jan 29, 2011

Bukan Salah Mereka, Pun Bukan Salah Siapa-Siapa


Dare, suatu sore yang indah
dengan seorang teman terbaik
Merayakan hari kelahiran bukanlah kebiasaan dalam keluargaku. Keluarga-keluarga di kampung kecil tempat kelahiranku pun tidak biasa merayakan hari ulang tahun. Saya bisa memastikan bahwa tidak ada satu orang di kampung halamanku yang mengingat hari ini, 30 Januari sebagai hari jadiku. Juga, seperti biasa, tidak ada selamat ulang tahun dari keluargaku. Saya tidak harus sedih, karena memang bukan salah mereka, juga bukan salah siapa-siapa. Ini bukan hal penting dan tak perlu harus di kenang, apalagi dirayakan. Hari ini sama saja dengan hari lainnya. Kira-kira begitulah... hehehe.


Akibat dari kebiasaan ini, yang menganggap hari kelahiran sama saja dengan hari lainnya, membuat sebagian orang di kampung halamanku tidak mengingat berapa usianya. Maklum, banyak di antara mereka tidak berpendidikan, hari-hari mereka lalui dengan bertani di ladang di sekitar lereng gunung, beternak di rerumputan hijau di tepi jalan-jalan tapak, berkebun di sekitar pelataran rumah, juga berburuh naik turun gunung, masuk keluar hutan. Ketika ada orang menanyakan umurnya, mereka sangat pandai mengingat satu peristiwa sejarah mengaitkan peristiwa lainnya pada dahulu kala, dan terjadilah perkiraan umurnya sekian dan sekian, tidak pasti. 

eh... sampai melayang ke kampung... mungkin lagi kangen berat kampung Lolocolo, dusun kecil di pedalaman pulau Timor, di lereng bukit Gagaplau dalam kekuasaan sub-distrik Atabae, distrik Bobonaro wilayah berdaulat Timor Leste, cieee .......... kembali pada hari jadiku. 

Sama seperti kebiasaan keluarga dan orang sekampungku, saya tidak pernah merasakan meriahnya merayakan hari ulang tahun. Bahkan waktu usia masuk sekolah dasar, saya harus berganti tanggal lahir (bulan dan tahun benar) beberapa kali, karena antara dokumen yang satu dan yang lain tidak sama. Peristiwa yang melekat di kepalaku adalah ketika usiaku satu tahun tiga hari, ayahku meninggal. Ayah meninggal pada tanggal dua Februari. Saya menghitung tiga langkah ke belakang dari dua Februari, satu Februari, tiga puluh satu Januari, dan ketemu di tiga puluh Januari. Ya benar, tiga puluh Januari adalah hari lahirku, hehehehe... ceritanya waktu hari pertama masuk sekolah dasar kelas satu zaman Indonesia, saya langsung pintar pelajaran Matematika, jadi bisa hitung sendiri tanggal lahirnya hahaha. 

Sepanjang masa pendidikan sekolah dasar hingga pendidiakan menengah pertama, tidak pernah ada perayaan hari ulang tahunku, bahkan sekedar ucapan selamat ulang tahun pun jarang sekali ada, hehehe kampungan sekali ya. Sampai-sampai saya juga terkadang lupa hari ulang tahun sendiri, hihihi terrrlaluuu. 

Akhirnya tiba pada satu kesempatan, di mana hari ulang tahun saya didoakan 300-an orang. Apa saya harus bangga. Tidak juga. Saya tidak yakin dari 300-an orang ini sungguh berdoa dengan ketulusan dengan intensi yang khusuk. Karena adalah wajib mendoakan mereka yang berulang tahun di tempat saya menimba ilmu. Bisa dibayangkan, bangun pagi jam 4:30 dengan mata mengantuk, jam 5 pagi sudah harus di dalam kapela dan mulai berdoa, maka semua orang masih bernostalgia mimpi semalam hehehe... tetapi saya harus mensyukuri bahwa nama saya disebut di hari ulang tahun dan didoakan begitu banyak orang, juga mulai terbiasa dengan ucapan-ucapan hari ulang tahun dari teman-teman. Bukan saja doa mereka yang penting, tetapi persahabatan yang dibangun yang menjadikan hidup lebih berarti. 

Weleee.. ini sudah menyebar sampai ke mana.... hehe... kembali lagi pada hari ulang tahun,...
Walau merayakan hari lahir bukan suatu kebiasaan, tetapi saya memiliki kebiasaan sendiri merayakan seorang diri. Setiap kali hari itu tiba, saya suka seorang diri di pantai tanpa orang lain harus tahu bahwa saya sedang berulang tahun. Senang menyiapkan apa saja suka-suka aku, yang paling sering adalah seekor ayam kampung, bakar sendiri di pantai, ditemani beberapa buah ketupat, beberapa kaleng soft drink (anti alcohol), bakar sendiri, makan sendiri, minum sendiri dan mandi air laut sendiri. Tidak asyiiik kale... hehehe. 
Saya juga suka merayakannya dengan bersepeda ke gunung, menikmati keindahan alam, menyelusuri tiap bukit dan lereng, lalu berhenti di sebuah persimpangan, menikmati ayam bakar, ikan bakar, ketupat, jagung muda rebus, lalu mandi di kali... itu yang selalu kukenang. Tentu ada banyak ucapan selamat dari mereka yang sempat mengingat hari jadiku. 

Hari ini di 2011, tak ada rencana khusus merayakannya. Hadiah sebuah baju baru telah diterima dari seorang teman dekat. Dia telah membuat kejutan, memberikan sehari sebelum hari lahir. Dia ingin saya memakainya pada hari jadiku. Tetapi, seperti biasa, hari ini sama saja dengan hari lainnya, penampilan saya pun sama saja dengan hari lainnya. Jadi, tidak memakai baju baru di hari ini. Baju lama dengan rencana kehidupan baru, mungkin akan jauh lebih bermakna. 

Terimakasih, untuk semua teman di facebook yang ucapannya terus mengalir dengan berbagai rangkaian kata indah bernilai, sangat terharu dengan mereka yang menelponku dari kejauhan, Timor Leste, Indonesia, Belfast, London, Spain, dan Malaysia hanya untuk mengucapkan HAPPY BIRTHDAY PARABENS SELAMAT ULANG TAHUN. 

Kampala, di hari ulang tahunku
30 Januari 2011

1 comment:

Anonymous said...

awali semua rencana kehidupan itu dengan doa maun. tetap tersenyum walaupun maun terkadang lupa akan hari ini bahkan orang" disekitar maun juga, tetapi Tuhan selalu mengingatnya. Parebens maun, Tuhan Yesus senantiasa memberkati dan menyertai maun.


Selvi Stephani Gabriel